Migrain dapat menyerang siapa saja, pria ataupu wanita. Meski demikian migrain lebih sering terjadi pada orang berusia 25 s/d 55 tahun dan juga wanita lebih sering menderita migrain daripada pria.
Ada beberapa faktor risiko yang diketahui dapat meningkatkan resiko terkena migrain. Sayangnya, tidak satupun dari faktor resiko itu dapat dikontrol.
1. Riwayat Keluarga
Faktor genetika diketahui memainkan peran dalam migrain, namun gen-gen apa saja yang terlibat secara spesifik belum diidentifikasi. Sekitar 70 sampai 80 persen dari penderita migrain memiliki anggota keluarga dekat yang juga penderita migrain.
Anak memiliki resiko 50% terkena migrain jika salah satu orangtuanya merupakan penderita migrain dan resiko 75% jika migrain tersebut diidap oleh kedua orangtuanya.
2. Gender dan perubahan hormonal
Perempuan beresiko tiga kali lebih mungkin untuk menderita migrain dibanding pria. Menariknya, di kalangan anak-anak, migrain lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan, tapi setelah masa pubertas trennya akan berbalik. Hal ini mungkin disebabkan fakta bahwa hormon estrogen pada wanita memainkan beberapa peran dalam migrain.
Migrain kadang-kadang meningkat pada trimester pertama kehamilan, setelah melahirkan dan ketika menggunakan obat pengontrol kelahiran. Hal ini diketahui menurun selama dua trimester terakhir kehamilan. Obat migrain tertentu dan suplemen herbal tidak boleh digunakan oleh wanita hamil. Sebelum memulai pengobatan untuk migren, anda harus berkonsultasi dengan dokter.
3. Umur
Setengah dari penderita migrain pernah mengalami gejala pertama migrainnya sebelum usia 20 tahun. Namun, migrain adalah paling umum terjadi pada orang usia 25-55 tahun. Insiden migrain turun secara signifikan pada wanita setelah menopause. Konsultasi dengan dokter jika anda tidak memiliki riwayat sakit kepala migren tetapi tiba-tiba mengalami gejala migrain pada usia di atas 50 tahun.
4. Kondisi medis lainnya
Orang yang menderita migrain lebih mungkin didiagnosis mengalami depresi, gangguan kecemasan, stroke, epilepsi, sindrom iritasi usus (IBS), dan tekanan darah tinggi dibanding orang yang bukan penderita migrain. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa salah satu dari kondisi tersebut merupakan faktor risiko untuk migrain. Kejadian-kejadian di atas bisa berkaitan dengan migrain, tetapi kaitan tersebut belum diketahui penyebab pastinya.
0 komentar:
Posting Komentar