A. Pengertian
Servik merupakan bagian terendah dari rahim / uterus yang menonjol ke vagina bagian atas. Bagian atas vagina berakhir di dan mengelilingi leher rahim sehingga leher rahim tersebut terbagi menjadi bagian atas atau bagian supravaginal dan bagian bawah atau bagian vaginal yang biasa disebut porsio. Leher rahim merupakan bagian yang terpisah dari rahim dan biasanya berbentuk silinder dan panjangnya 2,5-3 cm dan mengarah ke belakang dan bawah.
Bagian luar dari vagina yang juga disebut ektoserviks dibatasi oleh forniks kanan, kiri, depan, dan belakang ditutupi oleh epitel skwamosa yang terlihat mengkilat dan berwarna merah muda. Di bagian tengah leher rahim terdapat satu lubang yang disebut mulut leher rahim luar yang seolah-olah membagi leher rahim menjadi bibir depan dan bibir belakang dengan mulut leher rahim dalam, mulut leher rahim luar dihubungkan oleh kanalis servikalis yang ditutupi epitel endoservik.
Sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.
Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker. Tetapi, biarpun demikian, di wilayah Australia barat saja, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap kanker leher rahim setiap tahun. Dan pada tahun 1993 saja, 40 wanita telah tewas menjadi korban keganasan kanker ini.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, di mana suatu daerah pada organ reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim dengan liang senggama.
B. Etiologi
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa kontrol dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh (metastasis).
Kanker serviks paling sering bermula dengan sel datar, tipis yang membentuk dasar selviks (sel skuamosa). Karsinoma sel squamosa merupakan 80% dari kasus kanker serviks. Kanker serviks dapat juga terjadi pada sel kelenjar yang membentuk bagian atas dari serviks. Dapat disebut dengan adenocarcinoma, prevalensi kanker ini yaitu 15% dari kanker serviks. Kadang-kadang kedua tipe sel ditemukan pada kanker serviks. Terdapat kanker lain pada sel lain di serviks namun persentasenya sangat kecil.
Apa yang menyebabkan sel skuamos atau sel glandular menjadi abnormal dan berkembang menjadi kanker belum begitu jelas. Namun, telah jelas bahwa Human papiloma virus (HPV) pada infeksi menular seksual berperan. Bukti bahwa HPV ditemukan pada hampir semua kanker serviks. Namun, HPV merupakan virus yang sangat umum dan kebanyakan wanita dengan HPV tidak pernah mengidap kanker serviks. Ini berarti faktor resiko lainnya, seperti faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup, juga menentukan apakah seseorang akan terkena kanker serviks.
Infeksi HPV dapat terjadi saat hubungan seksual pertama, biasanya pada masa awal remaja dan dewasa. Prevalensi tertinggi (sekitar 20%) ditemukan pada wanita usia kurang dari 25 tahun. Pada wanita usia 25-55 tahun dan masih aktif berhubungan seksual berisiko terkena kanker servik sekitar 5-10%. Dari 100 tipe HPV, hanya 30 di antaranya yang berisiko kanker servik. Tipe yang paling berisiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45. Tipe 16 biasa ditemukan di wilayah seperti Eropa, Amerika Serikat, dan tipe 18 lebih banyak di Asia.
Kanker servik dapat dicegah dengan menghindari penyebab utamanya, yaitu infeksi HPV. Penggunaan kondom yang benar sangat efektif melawan penyakit menular seksual (PMS), seperti gonorrhea dan HIV yang menyebar melalui cairan tubuh, berbeda dengan PMS yang menyebar melalui kontak antarkulit kelamin seperti herpes dan HPV. Kondom memiliki keterbatasan melindungi area yang bisa menularkan HPV, seperti vulva, anus, perineal, dasar penis, dan skrotum. Penggunaan spermisida juga tidak dapat mencegah penyebaran HIV. Studi lab memperlihatkan, spermisida gagal membunuh HPV.
Layaknya semua kanker, kanker leher rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker.
C. Faktor Resiko
Faktor-faktor dibawah ini dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks:
1. Banyak partner seks
Semakin banyak jumlah partner seks (dan semakin banyak jumlah partner sex dari partner sex pasien), semakin besar kemungkinan untuk terkena HPV.
2. Aktivitas Seks Dini
Melakukan hubungan seks sebelum umur 18 tahun meningkatkan resiko untuk terkena HPV. Sel imatur cenderung lebih rentan untuk mendapatkan perubahan pre-kanker yang disebabkan oleh HPV.
3. Infeksi Menular Seksual Lainnya (IMS)
Jika pasien memiliki IMS lainnya, seperti chlamydia, gonorrhea, syphilis atau HIV/AIDS — pasien akan memiliki kemungkinan yang besar terkena HPV.
4. Kekebalan tubuh sistem menurun
Kebanyakan wanita yang terinfeksi HPV tidak terkena kanker serviks. Namun, jika seseorang terkena infeksi HPV dan sistem imunnya menurun akibat keadaan medis lainnya, maka kecenderungan untuk berkembangnya kanker serviks semakin besar.
5. Merokok
Mekanisme pasti yang menghubungkan antara rokok dengan kanker serviks juga belum diketahui dengan jelas, namun merokok meningkatkan perubahan pre-kanker dan terjadi pada servik. Merokok dan infeksi HPV dapat membuat kemungkinan kanker serviks semakin meningkat tinggi.
D. Pathogenesa
Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker.
Pasien mungkin saja tidak mengalami gejala kanker serviks apapun – Kanker serviks dini biasanya tidak memberikan gejala dan tanda. Semakin kanker berkembang, semakin terlihatlah tanda dan gejala dari kanker serviks. Gejala tersebut dapat berupa :
* Perdarahan vagina setelah berhubungan seks, atau diantara dua periode menstruasi, atau setelah menopause.
* Sekresi encer, disertai darah dapat berat dan memiliki bau yang busuk.
* Nyeri pinggang atau nyeri pada saat hubungan seks.
E. Diagnosa
Seseorang bisa dinyatakan menderita kanker servik dapat melalui beberapa pemeriksaan yaitu sebagai berikut:
1. Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahim oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahim, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahim seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan 'Pap Smear'.
Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut : dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahims dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran tinggi.
Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter melalui metode ini.
2. IVA merupakan inspeksi visual dengan asam asetat. Caranya dengan mengoleskan secara langsung asam asetat atau cuka dapur encer (konsentrasi tiga sampai lima persen) pada leher rahim. Setelah itu ditunggu kurang lebih satu menit lalu akan terlihat bercak putih bila terdapat perubahan pada sel.
3. Mengambil sample sel serviks. Selama prosedur biopsi, dokter mengambil sample dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari area yang abnormal.
4. Pap test. Selama Pap test, dokter mengambil sel dari serviks – leher sempit dari uterus- dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini kemudian diperiksa ada tidaknya abnormalitas.
Stadium
Jika kanker serviks telah ditentukan, maka pasien akan manjalani pemeriksaan lebih jauh lagi untuk menentukan apakah kanker telah menyebar dan sampai dimana penyebarannya – suatu proses yang disebut stadium kanker. Stadium kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan.
Pemeriksaan untuk menentukan stadium dapat berupa :
* Gambaran Radiologi. Pemeriksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan atau MRI dapat membantu untuk menentukan apakah kanker telah menyebar di sekitar serviks.
* Pemeriksaan visual pada kandung kemih atau rektal. Dokter dapat menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara langsung (cystoscopy) dan rektum (proctoskopi).
Stadium dari kanker serviks dibawah ini termasuk antara lain:
* Stadium 0. Juga dikatakan carcinoma in situ atau kanker non invasive, kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
* Stadium I. Kanker hanya terbatas pada serviks.
* Stadium II. Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
* Stadium III. Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
* Stadium IV. Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain didalam tubuh, seperti paru-paru, hati, atau tulang.
F. Kemungkinan Komplikasi
Penanganan untuk kanker serviks invasive biasanya membuat seseorang tidak bisa hamil. Pada beberapa wanita – terutama wanita yang lebih muda dan yang belum memulai keluarga- infertilitas merupakan efek samping yang paling tidak disukai dari penatalaksanaan. Jika pasien mengkhawatirkan tentang kemampuannya untuk dapat hamil, maka dokter perlu memberikan penjelasan tentang untung rugi dari penatalaksanaan tersebut dengan jelas.
Untuk beberapa kelompok wanita dengan kanker serviks dini, operasi aman-dari fertilitas merupakan pilihan yang tepat. Prosedur operasi ini yaitu hanya dengan memindahkan serviks dan jaringan limfatik (radikal trachelectomy) dapat mempertahankan uterus. Penelitian mengenai radical trachlectomy mengatakan bahwa kanker serviks dapat ditangani dengan teknik ini, walaupun tidak semua wanita cocok dan beberapa resiko tambahan pada operasi ini. Kehamilan mungkin dapat terjadi namun terjadi peningkatan resiko yang bermakna terhadap insiden kelahiran premature dan keguguran.
G. Pengobatan dan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari serviks memerlukan penanganan untuk membuang area abnormal. Pada kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan tambahan.
Prosedur untuk membuang kanker non invasif termasuk :
* Biopsi Cone. Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.
* Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.
* Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau bedah, dan mengambil sel dari mulut serviks.
* Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan prekanker.
* Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal non invasif.
Kanker invasive. Kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar sel pada serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih banyak penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri.
Penatalakasanaan terdiri dari:
1. Operasi
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini – Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks.
Hysterectomy radikal – Membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut – merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis.
Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dan urinasi.
2. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membentuk sel kanker. Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internally (brachytherapy) dengan menempatkan alat diisi dengan material radioaktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan kanker serviks yang lebih berat, radiasi merupakan penatalaksanaan terbaik.
Kedua metode terapi radiasi ini dapat dikombinasi. Terapi radiasi dapat digunakan sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi untuk mengecilkan tumor atau setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup. Efek samping dari radiasi terhadap area pelcis termasuk nyeri lambung, nausea, diare, iritasi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan menyebabkan hubungan seks lebih sulit dilakukan. Wanita premenopausal dapat berhenti menstruasi sebagai akibat dari terapi radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan merupakan calon exenterasi. Cisplatin telah menjadi agen yang paling banyak diteliti dan telah memperlihatkan respon klinis yang paling konsisten. Walaupun ada beberapa penilitan yang bervariasi, terapi cisplatin agen tunggal memberikan hasil dengan respon sempurna pada 24% kasus, dengan tambahan 16% dari terapi ini memperlihatkan respon parsial.
Ifosfamide, agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon total hingga 29% pada pasien kanker serviks; namun, efektivitas belum dapat dikonfirmasi oleh semua peneliti. Agen lainnya yang memberikan paling tidak aktivitas parsial terjadap kanker serviks termasuk carboplatin, doxorubicin hydrochloride, vinblastine sulfate, vincristine sulfate, 5-fluorouracil, methotrexate sodium, dan hexamethyl melamine.
Kombinasi paling aktif yang digunakan untuk mengatasi kanker serviks semuanya mengandung cisplatin. Agen tersebut paling sering digunakan bersama bleomycin, 5-fluorouracil, mitomycin C, methotrexate, cyclophosphamide, dan doxorubicin. Penelitian National Cancer Institute Gynecologic Oncology Group sedang dikerjakan untuk membandingkan kemampuan dari berbagai kombinasi kemoterapi.
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause dini pada wanita premenopause.
4. Kemoradiasi
Pemakaian kemoradiasi telah diketahui secara luas memberikan harapan hidup lebih tinggi dibandingkan pemberian radiasi saja pada penanganan kanker serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan terapi radiasi berdasarkan teori dari pembunuhan sel sinergis – efek terapeutik dari dua modalitas terapi digunakan bersamaan lebih besar dibandingkan jika 2 modalitas tersebut digunakan tidak bersamaan.
Bila dikombinasikan dengan radiasi, penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi selama 2 tahun sebesar 43% (harapan hidup 2 tahun = 70%) untuk stadium II B sampai stadium IV A. Pada keadaan ini, cisplatin sepertinya bekerja sebagai radiosensitizer, dapat menurunkan kemungkinan dari rekurensi lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastasis jauh.
H. Upaya Pencegahan
Kanker servik dapat dicegah dengan berbagai cara :
1. Vaksinasi
Pengembangan vaksin profilaksis HPV menawarkan harapan baru untuk pencegahan primer dari kanker servik. Vaksin ini dikenal dengan sebutan quadrivalent vaccine, efektif melawan 4 tipe HPV (6, 11, 16, 18) tipe yang menyebabkan 70% kanker servik dan 90% genital wart. Vaksin yang dibuat dari non-infectious particles (VLP) ini direkomendasikan untuk wanita usia 11-12 tahun dan usia 13-26 tahun yang belum menerima vaksin seri penuh.
Pemberian vaksin pada gadis usia muda dikarenakan pada usia ini mereka belum aktif secara seksual. Di sini, vaksin akan bekerja paling efektif. Meskipun demikian, bukan berarti pada wanita yang sudah aktif secara seksual pemberian vaksin HPV ini tidak bermanfaat. Pemberian vaksin pada usia dewasa masih tetap bermanfaat meski keuntungannya tidak sebesar jika vaksin diberikan pada usia dini.
Pada wanita hamil, pemberian vaksin ini tidak direkomendasikan. Saat ini sudah ada beberapa penelitian tentang pengaruh vaksin terhadap keselamatan wanita hamil dan bayi yang belum lahir. Studi terhadap 11.000 perempuan (usia 9-26 tahun) di banyak negara menyimpulkan, tidak ada pengaruh kesehatan terhadap kehamilan dan infant, efek yang sering ditemukan adalah nyeri pada sisi injeksi. Namun masih perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam.
Kendati vaksin ini cukup menjanjikan, bukan berarti program skrining sama sekali dihentikan. Pasalnya, belum semua tipe HPV berhasil dihalangi, hanya pada 4 tipe (16, 18, 6 atau 11), atau sekitar 30% kanker serviks tidak akan dicegah oleh pemberian vaksin. Jadi masih dianjurkan agar seorang wanita terus melakukan skrining terhadap kanker serviks (regular pap test) dan sekitar 10% dari genital wart pada kelamin tidak dapat dicegah dengan pemberian vaksin ini.
Petunjuk Pemberian Vaksin HPV:
* Vaksin HPV diberikan secara berkala melalui 3 kali suntikan dalam 6 bulan periode, suntikan kedua dan ketiga diberikan 2 dan 6 bulan setelah suntikan pertama.
* Sebelum pemberian vaksin, tidak perlu dilakukan pemeriksaan skrining seperti HPV Test atau Pap Test karena hal itu tidak dapat mengatakan secara spesifik tipe HPV yang ada.
* Vaksin HPV merupakan kontraindikasi bagi individu dengan riwayat hipersensitif/alergi dengan jamur atau komponen vaksin lainnya.
* Vaksin bisa diberikan bersamaan dengan vaksinasi lain, misalnya T dap, Td, MCV4, dan hepatitis B.
* Wanita menyusui boleh menerima vaksin HPV.
* Vaksin HPV tidak direkomendasikan untuk wanita hamil karena tidak adanya data yang ada.
* Vaksin bisa diberikan pada mereka dengan penyakit akut minor (misalnya diare atau gangguan saluran napas atas ringan, dengan atau tanpa demam). Pemberian vaksin harus ditunda pada mereka dengan penyakit akut sedang atau parah hingga sembuh.
* Vaksin HPV juga bisa diberikan untuk wanita yang memiliki equivocal atau abnormal Pap Test, positif Hybrid Capture II@ high risk test, atau genital wart.
* Meski telah divaksinasi, petugas kesehatan harus tetap menyarankan agar dilakukan upaya proteksi dalam berhubungan seksual. Misalnya dengan membatasi jumlah pasangan dan menggunakan kondom.
2. Dengan cara skrining
Kanker servik yang merupakan kanker yang dapat dikendalikan jika diketahui sejak dini, maka kanker akan dapat diatasi secara tuntas, yaitu dengan cara:
* Pap smear adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Perubahan sel-sel leher rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker.
* Inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) atau Lugol’s iodine (VILI), menawarkan skrining yang menjanjikan. Selain mudah dilakukan, hasilnya juga cepat dan efektif untuk mengidentifikasi perubahan prakanker servik. Selain itu juga ada tes yang lebih objektif, yakni HPV DNA. Tes ini lebih baik dibandingkan yang lainnya pada wanita usia 30 tahun ke atas.
0 komentar:
Posting Komentar